Tuesday, November 24, 2015

Tuberkulosis Pada Anak

Tuberkulosis pada Anak


Penyakit tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Baik tuberkulosis pada anak maupun orang dewasa disebabkan oleh bakteri yang sama. Namun, karena gejala dan mekanisme TB pada keduanya berbeda, maka perlu penanganan khusus untuk TB pada anak.
Berbeda dengan TB pada dewasa, TB pada anak tidak menular. Bakteri TB pada anak berkembang di dalam kelenjar paru atau tidak terbuka. Pada orang dewasa, bakteri berkembang di dalam paru-paru. Bakteri lalu membuat lubang untuk keluar melalui saluran nafas sehingga dapat menyebar ke orang lain, termasuk anak-anak.

Gejala TB anak

Berbeda dengan TB pada orang dewasa, gejala TB pada anak tidak khas dan dapat disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa gejala TB anak antara lain adalah:
  • Demam lebih dari dua minggu
  • Batuk lebih dari tiga minggu
  • Anak lesu dan tidak seaktif biasanya
  • Nafsu makan menurun
  • Berat badan tidak naik selama dua bulan
  • Benjolan yang teraba di leher, yang merupakan pembesaran kelenjar limfa.
Gejala-gejala di atas tidak hanya disebabkan oleh TB dan tidak semua gejala selalu hadir dengan jelas.

Diagnosis

Diagnosis TB pada anak berbeda dengan pada orang dewasa. Diagnosis TB dewasa lebih mudah sebab ada pemeriksaan baku emasnya (gold standard) yang obyektif yaitu menemukan bakteri TB pada pemeriksaan dahak (Bakteri Tahan Asam/BTA positif pada sputum). Namun pada anak, pemeriksaan dahak tidak akurat karena sering memberikan hasil negatif palsu (false negative). TB anak jarang disertai dengan batuk berdahak sehingga bakteri TB dalam dahak anak terlalu sedikit.
Pemeriksaan penunjang utama TB anak adalah:
  • Tes tuberkulin (mantoux). Tes mantoux adalah tes kulit yang dilakukan dengan menyuntikkan ekstrak basil tuberkulosis secara intradermal (ke dalam kulit) dan diperiksa 2 sampai 3 hari kemudian. Anak yang sebelumnya telah terinfeksi bakteri akan menampilkan respon kekebalan di daerah kulit yang mengandung protein bakteri. Hasil positif (area mengeras menonjol) menunjukkan infeksi TB.
  • Rontgen dada. Rontgen dada dilakukan untuk menilai adanya kelainan pada paru. Pemeriksaan rontgen dada dapat membantu diagnosis tetapi tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya alat diagnosis.
Pemeriksaan penunjang medis lain seperti laju endap darah, limfositosis, dan serologi mungkin juga diperlukan dalam kasus-kasus yang meragukan.
Diagnosis TB anak memang tidak semudah diagnosis TB dewasa. Padahal, kesalahan diagnosis akan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit karena pengobatan TB membutuhkan waktu 6 sampai 12 bulan. Semakin banyak pemeriksaan yang dilakukan dan menunjukkan hasil positif, semakin kecil kemungkinan terjadinya kesalahan diagnosis.

Pengobatan

Pengobatan untuk TB anak sama dengan untuk TB dewasa, hanya dosis dan pemberiannya yang berbeda. Lima obat anti TB (OAT) lini pertama adalah: Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol dan Streptomicin. Obat-obatan tersebut digunakan pada anak dengan penyakit TB aktif yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya. Semua obat TB lain adalah obat “lini kedua” atau obat TB cadangan yang digunakan bila telah terjadi resistensi obat.
Untuk pasien TB anak baru, World Health Organisation (WHO) merekomendasikan pengobatan TB selama 6 bulan, yang terdiri dari dua bulan pengobatan intensif dengan Isoniazid plus Rifampisin dan Pyrazinamide, lalu diikuti dengan empat bulan pengobatan lanjutan berupa kombinasi Isoniazid  plus Rifampicin.
Pasien harus menyelesaikan dosis semua obat itu secara lengkap. Bila hanya salah satu obat yang diambil atau putus obat di tengah jalan maka pasien akan segera menjadi resisten obat dan pengobatan selanjutnya menjadi sulit dan mahal.

Pencegahan

TB anak paling efektif dicegah dengan vaksinasi BCG. Vaksin itu dibuat dari Mycobacterium bovis yang dilemahkan dengan dikulturkan.

Produk Tiens untuk membantu pemulihan TB pada Anak :
  • MUNCORD
  • CALCIUM 4 CHILDREN
  • RENUVES 

Thursday, November 5, 2015

Jagalah Hati, Jangan Kau Nodai


 Cagah kanker hati sejak dini, mulailah dengan pola hidup sehat
liver, hati
Mungkin beberapa bait kalimat diatas mengingatkan kita pada sebuah petikan lagu yang terkenal, akan tetapi untuk kalimat yang satu ini kita tidak sedang membahas jaga hati (sikap atau perilaku), melainkan organ hati atau bahasa lainnya adalah Liver / hepar. Sering kita dengar sekarang banyak pasien yang terkena penyakit organ hati, bahkan menurut data kementrian kesehatan Indonesia pravalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1.000 penduduk. Hal ini membuat penyakit yang satu ini mulai menbayang-bayangi masyarakat Indonesia.

Bahkan perkembangan dari penyakit ini di negara tetangga kita Taiwan sangat mengejutkan, seorang pasien muda berusia 37 tahun yang juga diketahui bahwa latar belakang dia adalah dokter, yang selama ini sangat mempercayai hasil pemeriksaan  fungsi hati (SGOT, SGPT)*, tetapi ternyata saat menjelang Hari Raya Imlek diketahui positif menderita kanker hati sepanjang 10 cm ! Dia mengeluh bahwa selama satu bulan terakhir sering mengalami sakit perut dan berat badannya turun sangat banyak. Setelah dilakukan pemeriksaan supersound baru diketemukan adanya kanker hati yang sangat besar, hampir 80% dari livernya (hati) sudah termakan habis.

Pasien sangat terperanjat, "Bagaimana mungkin ? Tahun lalu baru melakukan medical check-up dan hasilnya semua normal. Bagaimana mungkin hanya dalam waktu 1 tahun yang ralatif singkat dapat tumbuh kanker hati yang demikian besar ?". Ternyata check-up yang dilakukan hanya memeriksa fungsi hati. Hasil pemeriksaan juga juga menunjukan "normal". Pemeriksaan fungsi hati adalah salah satu item pemeriksaan hati yang paling dikenal oleh masyarakat. Tetapi item ini pula yang paling banyak disalahpahami oleh masyarakat kita. Beberapa pakar mengatakan, SGOT dan SGPT dalah enzim yang paling banyak ditemui dalam sel-sel hati. Bila terjadi radang hati atau kena atau sebab lain sehingga sel-sel hati mati, maka SGOT dan SGPT akan lari keluar. Hal ini menyebabkan kandungan SGOT dan SGPT didalam darah meningkat, tetapi tidak adanya peningkatan SGOT dan SGPT  bukan berarti tidak terjadi pengerasan hati atau tidak adanya kanker hati.

Sangat mengejutkan setelah membaca informasi diatas, hal ini berarti betapa pentingnya tindak pencegahan kanker hati yang harus dilakukan. Tidak ada jalan lain kecuali deteksi dan mengobatinya sedini mungkin. Ironisnya, ternyata dokter yang menangani kanker hati juga memiliki pandangan yang salah, bahkan menyesatkan masyarakat, inilah penyebab terbesar kenapa kanker hati sulit untuk disembuhkan.

Berikut adalah beberapa penyebab utama kerusakan hati, diantaranya adalah :
  1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang adalah penyebab utamannya.
  2. Tidak buang air besar pada pagi hari.
  3. Pola makan yang terlalu berlebihan. Daging panggang, sate, dan gorengan/minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak goreng, berlaku juga untuk olive oil sekalipun. Masakan yang digoreng harus dihabiskan saat itu juga.
  4. Tidak makan pagi.
  5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat kimia atau narkoba.
  6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, penyedap rasa, perwarna dan pemanis buatan.
  7. Mengkonsumsi makanan mentah atau 1/2 matang.
  8. Merokok atau perokok pasif.
Kita dapat melakukan pencegahan dengan tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Cukup atur gaya hidup dan pola makan sehari-hari. Perawatan dari pola makan dan kondisi waktu sangat diperlukan agar tubuh kita dapat melakukan penyerapan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna sesuai dengan "jadwalnya".

Hal ini berdasarkan siklus detok tubuh yaitu :
  • Pada malam hari pukul 21'00-23'00. Waktu untuk detox system antibody (kelenjar getah bening). Selama waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik (lebih baik lagi jika sudah tidur).
  • Malam hari pukul 23'00-01'00 dini hari. Ini waktunya detok hati, harus tidur pulas.
  • Dini hari pukul 01'00-03'00 waktunya detok empedu, juga berlangsung dalam tidur pulas.
  • Dini hari pukul 03'00-05'00 waktunya detok paru-paru, oleh karenanya akan terjadi batuk hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini.
  • Pagi hari pukul 05'00-07'00 waktunya detok di usus besar, oleh karenanya harus buang air besar pada jam tersebut.
  • Pagi hari pukul 07'00-09'00 waktu penyerapan gizi usus kecil, waktunya sarapan pagi. Bagi orang sakit sebaiknya makan lebih pagi sebelum pukul 06'30. Makan pagi sebelum 07'30 sangat baik bagi mereka yang mau menjaga kesehatannya.
 jam tidurKesimpulan :
Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat yang tidak berguna. Selain itu, dari pukul 4 dini hari adalah waktu bagi tulang belakang untuk memproduksi darah. Sebab itu tidurlah nyenyak dan jangan begadang.

Produk Tiens untuk menjaga dan mengobati fungsi liver / hati adalah :
  • CHITIN CHITOSAN
  • MUNCORD CAPSULES
  • VITALINE SOFTGEL